KOMPAS.com – Sudah menjadi fenomena rutin bahwa kebutuhan masyarakat, seperti bahan pangan pokok, meningkat pada Ramadhan hingga menjelang Lebaran. Kondisi ini pun terus berulang seakan-akan menjadi pola tahunan.
Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Eddy Junarsin mengatakan, kenaikan harga bahan pokok pada Ramadhan hingga menjelang Lebaran diakibatkan kebutuhan lebih tinggi daripada penawaran.
"Logika ekonomi sederhana kan permintaan dan penawaran, masa-masa menjelang puasa dan Hari Raya pasti kebutuhan pokok lebih tinggi, tapi penawaran atau supply barang kan tidak bertambah banyak. Ketika peningkatan permintaan lebih tinggi dari penawarannya, harganya terdongkrak naik," kata Eddy, dikutip dari Kompas.com, Sabtu (19/3/2022).
Eddy menjelaskan, kenaikan harga bahan pokok atau inflasi di atas tidak bisa diantisipasi karena sifatnya alamiah. Inflasi merupakan sebuah konsekuensi logis dari pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, fenomena menjelang Lebaran, seperti pemberian tunjangan kepada karyawan hingga pendistribusian kekayaan kepada masyarakat miskin melalui zakat, infak, dan sedekah juga masif digencarkan saat Ramadhan.
Baca juga: Kenapa Harga Bahan Pokok Naik Jelang Lebaran? Simak Penjelasan Ekonom Unair
Tak heran, permintaan barang naik karena masyarakat akan membelanjakan uang tersebut untuk memenuhi kebutuhan dan kebiasaan lain, seperti pakaian, makanan ringan, hingga hampers atau parsel.
Oleh karena itu, masyarakat harus cermat dalam mengatur keuangan untuk memenuhi kebutuhan Lebaran agar tidak merugikan kondisi keuangannya usai Idul Fitiri.
Dihimpun dari berbagai sumber, Kompas.com merangkum beberapa tips atau cara berlebaran dengan tenang tanpa khawatir kehabisan uang.
Kunci sukses berhemat adalah fokus pada kebutuhan yang harus dibayarkan dan membatasi pengeluaran yang tidak perlu. Untuk itu, membuat rincian kebutuhan selama Lebaran sangat penting.
Perencanaan bisa dimulai dari menentukan anggaran kebutuhan bahan pokok hingga pakaian, tiket pergi pulang jika pulang kampung, hingga angpau atau "salam tempel" untuk kerabat dekat.
Baca juga: 10 Tips Mudik Lebaran yang Aman, Cek Kondisi Rumah dan Kendaraan
Selain itu, perencanaan, hingga belanja, lebih baik jika dilakukan jauh hari. Sebagai contoh, harga tiket jelang Lebaran umumnya meningkat drastis. Untuk itu, membeli tiket dua atau tiga bulan sebelum mudik ketika harga relatif lebih murah sangat dianjurkan.
Semakin detail perencanaan tersebut, maka semakin baik. Anggaran ini dapat membantu supaya tidak over-budgeting atau membuat keuangan menipis saat menjelang Lebaran.
Bagi para pekerja, tunjangan hari raya (THR) bisa menjadi pos anggaran terdepan sebelum memakai tabungan dalam memenuhi kebutuhan jelang Lebaran. Terlebih, pemerintah telah mewajibkan pengusaha membayarkan THR kepada karyawan.
Meski begitu, disarankan tidak terburu-buru membelanjakan THR untuk kebutuhan yang tidak penting. Coba untuk memanfaatkan THR secara tepat sebelum berbelanja berbagai kebutuhan konsumtif.
Sebagai contoh, periksa keperluan keuangan yang lebih penting, misalnya membayar utang dan cicilan lainnya.
Tak hanya itu, THR juga bisa ditabung untuk berbagai kebutuhan penting lainnya, seperti membayar uang muka rumah, pelunasan kredit kendaraan, tabungan pensiun, investasi, dan lainnya.
Baca juga: Sudah Dapat THR? Intip 4 Cara Cermat Manfaatkannya
Momentum Ramadhan hingga Lebaran biasanya menjadi ajang dari berbagai penjual untuk menawarkan promo. Ini bisa jadi cara untuk menekan biaya belanja kebutuhan.
Sebagai contoh, untuk keperluan mudik, Anda bisa pantau tiket pesawat atau kereta api di aplikasi atau email secara berkala. Bisa juga menggunakan fitur notifikasi agar tidak kehilangan informasi seputar promo terbaru.
Selain itu, bisa juga dengan mengecek reward dari membership toko-toko yang diikuti. Jika berbelanja secara online, lakukan riset terlebih dulu sebelum check out barang. Pertimbangkan harga, diskon, hingga ongkos kirim (ongkir) agar pengeluaran bisa diminimalisasi.
Meski begitu, hati-hati pula saat menyimak banyak diskon dan promo. Bisa-bisa Anda malah tergiur untuk berbelanja lebih banyak dan membeli barang-barang yang tidak diperlukan.
Pulang ke kampung halaman setelah sekian lama tidak bertemu keluarga dan tetangga bisa terasa kurang jika tidak membawa oleh-oleh. Hal sama juga terjadi saat kembali ke tempat perantauan, kita akan cenderung ingin membawakan cendera mata dari kampung halaman.
Baca juga: Cegah Boros, Ini Tips Hemat dalam Belanja Perlengkapan Rumah Tangga
Hal tersebut pun patut diwaspadai karena dapat membuat pengeluaran perjalanan membengkak sehingga perlu dibatasi, seperti membeli dalam ukuran kecil untuk kenang-kenangan.
Selain itu, perhatikan pula lokasi oleh-oleh. Biasanya, pasar tradisional atau tempat yang jauh dari lokasi wisata akan menawarkan barang dengan harga lebih murah. Pembelian yang mendekati waktu Lebaran juga bisa mempengaruhi kenaikan harga.
Untuk itu, jika berniat membawa oleh-oleh, masukkan dalam perencanaan dan lakukan pembelian jauh-jauh hari.
Selain mengalihkan belanja hal konsumtif untuk hal yang lebih prioritas, seperti cicilan, modal down payment (DP) rumah, atau ganti kendaraan, membuat target tabungan dengan jumlah tertentu juga bisa menekan hasrat untuk menghambur-hamburkan uang.
Kembangkan mindset bahwa tabungan ini tidak hanya untuk berhemat, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan yang lebih penting pada masa mendatang.
Selain itu, karena Indonesia masih berada dalam suasana pandemi Covid-19, ada baiknya untuk membatasi aktivitas di luar rumah yang tidak terlalu penting.
Baca juga: Salam Tempel, Tradisi Bagi-bagi Uang Saat Lebaran
Situasi pandemi saat ini bisa menjadi momen tepat untuk berhemat dan mengurangi berbagai aktivitas yang berpotensi menambah pengeluaran, seperti hangout ke mal atau buka bersama teman-teman.
Meski sudah berhemat dengan berbagai cara, meningkatnya pengeluaran akibat kenaikan harga sejumlah komoditas tidak bisa dihindari.
Dalam kondisi tersebut, sebagian masyarakat biasanya akan meminjam kepada berbagai pihak. Bila memang terpaksa, utang boleh saja dilakukan. Namun, perlu disesuaikan pula kondisi keuangan agar nantinya tidak semakin membebani.
Memperhatikan kemampuan dalam membayar sangat penting untuk menentukan seberapa besar dana pinjaman. Sebagai contoh, perhitungkan kemampuan bayar berdasarkan penghasilan. Idealnya, pinjaman tidak lebih dari 30 persen dari penghasilan.
Setelah itu, penting juga menentukan porsi pengeluaran agar tidak membelanjakan sesuatu yang sifatnya impulsif. Sebelum berutang, buat dulu daftar pengeluaran dan prioritaskan hanya untuk kebutuhan pokok saat Lebaran.
Baca juga: Dana Darurat, Mengapa Penting Dimiliki Keluarga?
Kemudian, jika harus menggunakan jasa pinjaman online (pinjol), carilah yang legal dan kredibel atau sudah terdaftar dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sebagai contoh, masyarakat bisa memanfaatkan pinjol yang cepat cair dan mudah diakses seperti Kredit Pintar untuk kebutuhan Lebaran.
Menariknya lagi, Kredit Pintar bekerja sama dengan Bank Jago menawarkan program menarik untuk menyambut Ramadhan dan Hari Raya Lebaran bertajuk “Kaya di Hari Raya”.
Caranya mudah, yakni tinggal mengajukan pinjaman di Kredit Pintar dan membuat akun Jago di aplikasi Kredit Pintar.
Kemudian, cairkan pinjaman melalui akun Jago dan ajak teman untuk mengunduh dan mendaftar aplikasi Bank Jago menggunakan kode referral.
Pengundang yang kode referral-nya paling banyak dipakai akan mendapatkan hadiah utama pada acara puncak Kaya di Hari Raya.
Adapun, hadiah lengkap program Kaya di Hari Raya, di antaranya voucher Rp 30.000 untuk setiap pencairan pinjaman Kredit Pintar di kantong Jago serta ekstra cashback kelipatan Rp 25.000 untuk setiap teman yang menggunakan kode referral di aplikasi Jago.
Baca juga: Hati-hati Penipuan Pinjaman Online, Simak Cara Menghindarinya
Terdapat pula hadiah mingguan berupa voucher belanja jika mengikuti live event di media sosial Kredit Pintar serta hadiah utama berupa dua unit motor dan tiga logam mulia 1 gram bagi pengundang teman terbanyak.
Informasi lebih lanjut mengenai program Kaya di Hari Raya Kredit Pintar bisa didapatkan melalui laman berikut.